kadang tertawa karena orang lain lebih indah, tapi kadang juga tertawa karena orang yang kita sayang lebih indah lagi, dan kadang juga tertawa karena orang yang kita sayang lebih terasa sakit.
Minggu, 21 September 2014
Sabtu, 20 September 2014
Jumat, 19 September 2014
Dua Dunia Satu Hati
Pagi itu seperti biasa aku
membeli setangkai bunga matahari kesayangan perempuan itu. Sudah rutinitasku
dalam setahun ini untuk memberikan dia bunga yang nyata, hanya saja dia yang
tidak nyata. Aku menghentikan lamunanku karena aku sudah sampai di tempat yang
selalu aku kunjungi saat pagi hari, Tempat Pemakaman Umum Bunda Asri. Disinilah
perempuan itu tinggal. Langkah demi langkah, dan kini aku ada di depan sebuah
nisan dengan nama “Keysha Al Aina Mardhiah”.
Perempuan ini dulunya hanya
pasien di rumah sakit tempatku bekerja, tapi kini dia menjadi pujaan hatiku.
Terlintas kembalilah ingatan akan masa laluku dengannya. Setiap kali selesai
dengan jam praktek, aku selalu melihat dia di taman. Saat itu sudah malam
sekali. Aku melihat dia menulis di sebuah balon terbang berwarna biru. Aku
heran, umur dia mungkin sudah 17 tahun, tapi masih saja bermain dengan balon.
Aku pun mendekatinya dan bertanya “kamu lagi ngapain?” ko sendirian? Sudah
malam lagi” dia hanya fokus dengan catatannya di balon itu, dan dia menarikku,
mengajakku berlari entah kemana. “cepet tulis sesuatu di balon ini!” kata
perempuan itu, aku mengikuti apa yang dia suruh. “loh ko tulisannya gini? Ini
sih bukan permintaan ! terus jelek ! ga
rapih lagi ! dokter aku saja tulisannya rapih” kata perempuan itu dengan nada
yang judes. “emangnya kenapa ? kamu kan bilang aku cuman harus nulis sesuatu,
yaudah aku tulis ‘aku ketemu anak balon di malam yang kosong ini’” “anak balon
? siapa ?” “ya kamu lah, kita ga sempat kenalan, yaudah aku manggil kamu anak
balon” kataku sambil tertawa “iih ga cocok anak balon, yaudah aku manggil kamu
dokter jahat”kata perempuan itu sambil cemberut “yaudah sekarang kita terbangin
balon ini ya” pinta perempuan itu, aku hanya tersenyum dan mengikuti apa yang
dia mau. Itulah saat-saat aku bertemu dengannya. Tiap hari kita selalu bertemu,
melepaskan sebuah balon dengan banyak permintaan di tubuh balon itu. Aku selalu
melihat perempuan itu pasti menulis “aku ingin sembuh”. Di malam berikutnya aku
bertanya “kamu sakit apa ?” tanyaku yang langsung dengan initinya “aku ga sakit,
aku cuman alergi siang. Alergi matahari. Kata dokter aku sakit ‘lupus’” aku
hanya bisa terdiam saat dia bilang dia punya penyakit itu. “kata dokter aku
bersahabat sama bulan dan bintang. Apa aku sudah mirip vampire ?” tanya dia
dengan tertawa “hahaha, mungkin kamu anak vampire. Sama kaya anak balon. Terus
kenapa kamu selalu sendiri ? ga punya teman ya ?” “Orang tuaku di rumah, kesian
mereka harus nunggu aku setiap hari. Jadi aku mutusin deh buat sendirian di
rumah sakit dan aku anak tunggal. aku memang ga punya teman, aku juga suka
ngerasa sendirian, tapi sekarang aku
udah ga ngerasa sendirian lagi, kan ada dokter jahat” jawab dia dengan senyuman
yang tulus terlukis di bibirnya. “aku juga sama, ibuku sudah meninggal.
Meninggalnya di saat aku akan wisuda. Itu sangat menyakitkan. Kamu tau, aku
selalu takut sendirian” “tapikan dokter punya banyak teman, banyak pasien.
Kenapa masih ngerasa sendirian ?” tanya perempuan itu “kamu tau, di saat banyak
orang di sekelilingku, aku selalu merasa sendiri. Dan entahlah kapan aku udah
ga ngerasain sendirian lagi. Ah sudah malam, ayo aku antar kamu ke kamar kamu”
jawabku dengan panjang lebar. Dia hanya tersenyum bahagia. Dia berlari-lari
kecil di sepanjang lorong rumah sakit, dan akhirnya kita sampai di kamarnya
“ayo masuk, aku punya coklat panas. Di luar sangat dingin” aku pun masuk
ruangan itu dan melihat di sekitar ruangan “kamu bisa main biola ?” tanyaku
“aku bisa, aku belajar biola saat umurku 7 tahun. Sudah 11 tahun aku belajar
biola” jawab dia sambil menuangkan coklat panas di gelas yang lucu itu “jadi,
kamu udah 18 tahun ? ko kaya anak kecil ?” tanyaku heran “anak kecil ? semua
barang ini memang lucu, tapi aku punya sifat dewasa ko” jawab dia sambil
cemberut. Diam-diam aku menyukai sifat dia yang unik itu.
Beberapa minggu ini aku
tidak pernah melihat dia di taman itu. Aku pun menulis di balon, sama seperti
hal-hal yang aku dan perempuan itu inginkan “aku ingin liat dia senyum lagi.
Dan jika aku bisa melihat dia tersenyum, aku ingin bawa dia liat sunrise walaupun sebentar” dan aku pun menerbangkan
balon itu “loh dokter jahat ko disini ? waaahh balonnya terbang. Pak dokter
nulis apa” tanya dia dengan senyumnya. Aku hanya tersenyum, dan hati ini
rasanya senang sekali “kamu kemana aja ? ko ga keliatan ?” tanyaku dengan nada
khawatir “ooh itu, aku refreshing. Aku di bolehin pulang ke rumah” “memangnya
kamu ga boleh pulang sama dokter kamu ?” tanyaku lagi “boleh sih, tapi kata
dokter sakitku ini udah menahun. Jadinya aku harus disini” jawab perempuan itu
sambil menunjukan muka sedihnya “aah pasti sembuh ko. Oiya kamu mau ga aku ajak
liat sunrise ??” ajakku dengan penuh harap, supaya dia mau menerima ajakanku
“sunrise ? aku ingin liat. Tapi aku alergi sama matahari. Jadi ga bakal bisa
liat. Kata orang-orang sunset dan sunrise itu indah. Tapi sayang aku ga bisa
liat mereka. Aku cuman bisa liat bulan sama bintang. Tapi mereka juga indah ko.
Apalagi kalau ada lampu warna-warni dimana-dimana”jawab dia dengan penuh
semangat “aku bakal cobain segala cara supaya kamu bisa liat sunrise. Pokonya
percaya aja sama aku” jawabku meyakinkan. Dia mengangguk senang. Malam harinya,
waktu menunjukan pukul 00.00. aku dan perempuan itu pergi keluar dari rumah
sakit. Menggunakan motorku, kita pergi ke semua tempat yang belum pernah di
kunjungi perempuan itu. Satu demi satu tempat yang kita kunjungi, kini waktu
sudah menunjukan pukul 05.00 . “gimana jalan-jalannya ? ayo kita ke rumah
sakit. Udah jam 05.00 nih” “loh katanya mau ngajak liat sunrise?” kata
perempuan itu dengan nada kecewa “kita liat sunrisenya di rumah sakit. Sama
indahnya ko kaya di pantai atau pegunungan” kataku meyakinkan. Perempuan itu
mengikutiku pulang ke rumah sakit. Tapi aku takut, takut matahari datang duluan
sebelum kita sampai ke rumah sakit. “hei lihat, mataharinya datang”kata
permpuan itu dengan nada gembira. Aku kaget melihat matahari yang sudah datang.
Aku langsung mengencangkan motorku untuk sampai ke rumah sakit. Sesampainya di
rumah sakit, dia hanya tersenyum melihat sunrise. Aku tau kulit dia sensitif sama
matahari, aku memayungkan dia dengan jaket yang aku pakai. Saat di kamarnya,
dia menangis. Kulitnya melepuh. Aku pun segera memanggil dokter dan suster yang
ada. Seketika aku merasa bersalah kepada perempuan itu. Aku khawatir dia
kenapa-kenapa. Seseorang dari belakang menepuk pundakku “saya tau kamu hanya
dokter anak. Tapi mungkin kamu juga bisa berpikirkan bagaimana orang yang
terkena lupus terkena sinar matahari langsung ! seharusnya kamu berpikir lebih
jauh dari ini!”. Aku hanya terdiam dan merasa diriku sangat bodoh. Tidak bisa
menjaga seseorang yang aku sayang. Aku melihat dia di kaca. Semua badannya
melepuh dan memerah. Aku hanya bisa berpikir ‘apa aku harus menjauhi dia, agar
dia bisa sembuh total’
Beberapa akhir ini, aku sibuk.
Mengurus anak-anak yang terkena sakit flu. Aku tidak ada waktu lagi bermain
dengan perempuan itu. Setiap pulang dari praktek aku melihat dia di taman.
Perempuan itu kadang menangis, kadang ngelamun dan kadang juga dia melepaskan
beberapa balon untuk memberikan beberapa permintaan. Handphoneku berbunyi,
tanda ada sms masuk “hai dokter jahat. Apa kabar ? udah lama ya ga ketemu.
Kapan kita bisa lihat sunrise lagi ? aku udah sembuh ko. Aku juga udah bisa
main biola lagi. Nanti minggu jam 18.00 bisa liat aku ga di acara pensi rumah
sakit ? aku cuman ingin kamu duduk paling depan, ngasih tepuk tangan paling
meriah di acara pensi nanti. Oiya aku dengar jam praktek kamu makin nambah ya ?
jaga kesehatan ya, dokter mana boleh sakit!!” aku hanya tersenyum, dan meneteskan
satu atau dua tetes air mata. ‘aku pasti akan datang, duduk paling depan dan
kasih tepuk tangan paling meriah buat anak balonku’
Hari minggu pun tiba. Aku sudah
tidak sabar melihat perempuan itu memainkan biola. Waktu demi waktu terus
berjalan. Sudah pukul 17.30 aku akan bergegas ke aula untuk melihat pujaan
hatiku. “dokter, maaf di ruang 07 ada pasien yang sesak nafas” kata suster
terburu-buru. Aku pun langsung menuju ruangan itu. Setelah selesai menangani
pasien itu, aku melihat jam dan ternyata sudah pukul 21.00 . Aku melupakan
janjiku. Aku pun bergegas menuju aula sambil membawa bunga matahari, dan disana
sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Aku langsung berlari menuju kamar perempuan
itu, tapi tidak ada siapa-siapa di kamar itu. Aku pun berlari menuju taman.
Dengan napas terengah-engah aku menemukan dia sambil menangis. “ini. Maafin
aku. Aku ga bisa datang ke acara pensi kamu. Tadi ada pasien yang sakit” kataku
sambil mengulurkan bunga matahari “aku ga butuh bunga matahari ! aku cuman
ingin kamu lihat aku tampil ! mungkin besok-besok kamu ga bakal bisa lihat aku
main biola lagi !” kata perempuan itu sambil membuang bunga matahari dan
berlari menuju kamarnya. Aku hanya bisa terdiam ‘lagi-lagi aku membuat kamu
menangis dan membuatmu kecewa’
Hari demi hari terlewati,
setiap harinya aku selalu menaruh bunga matahari di depan pintu kamar perempuan
itu. Dan beberapa hari kemudian aku memberanikan diri menjenguk dia. “hai anak
balon. Ini aku bawa bunga matahari. Kenapa bunganya ga pernah diambil ?”
tanyaku sambil menaruh bunga matahari itu di vas “aku ga bisa ngambil, tangan
aku lumpuh. Kadang kakiku juga mati rasa” aku kaget mendengar itu “aku gagal
main biola. Tangan aku udah mati rasa. Sekarang aku ga bisa liat bulan sama
bintang lagi. Tapi nanti aku bakal lihat tempat yang lebih indah. Nanti aku
bakal ke syurga” aku hanya menangis. Aku ga mau kehilangan seseorang yang aku
sayang lagi. “aku boleh ngejaga kamu disini ? aku cuman ingin lihat kamu
tersenyum. Lihat, semua badan kamu udah ga bisa di gerakin, tapi kamu tetep
bawel ya. Kamu harus istirahat” “kemarin aku dengar, kata dokter sel-sel
kulitnya makin tipis. Mungkin aku bisa ninggalin kamu kapan aja” perempuan itu
hanya bisa menunduk dan menahan agar air matanya tidak menetes “kamu pasti
sehat ko. Lihat bunga matahari aja masih bisa hidup, warna dia indah. Padahal
udah beberapa hari kamu tinggalin dia di luar” kataku memberikan dia semangat
“enak ya jadi bunga matahari, dia bisa lihat dan dia bisa hidup sama matahari.
Tapi aku, aku harus benci sama matahari” kata dia sambil menangis “udah jangan
nangis. Masa anak balon nangis. Nanti ga jadi lucu loh” dia pun mengusap air
matanya “dokter juga jangan nangis lagi. Masa umur 25 tahun tapi cengeng” kata
perempuan itu dengan senyum tulusnya.
Pagi hari nya aku terbangun. Aku
melihat perempuan itu memegang sebuah buku bertulis “aku, kamu dan kita”. Ketika
aku mengambil buku itu di tangannya. Aku hanya bisa terdiam. Kaku. Dingin. Aku
pun memegang tangannya dengan erat. Aku menangis sejadi-jadinya, tak
tertahankan. Dokter dan suster berdatangan ke kamar perempuan itu. Aku pun di
tarik keluar kamar. “Keysha ! Keysha ! bangun ! kamu janjikan mau liat sunrise
lagi. Mau main biola di depan aku ! mana janji kamu ?! kenapa kamu bohong ! Keysha
bangun !” kataku dengan nada teriak sambil menangis.
Saat tersadar dari lamunan. Aku pun
menangis. Di depan nisan Keysha. Aku membaca buku yang dia pegang sebelum dia
pergi. Ternyata buku itu, buku kita. Perjalan di saat kita bersama. Sesaat aku
buka halaman terakhir, perempuan itu bilang “makasih udah ada di hidup aku”.
Dulu aku selalu merasa sendiri. Kini aku tidak pernah merasa sendiri lagi. Dan
lanjutan dari kata-kata itu “Aku sudah tidak takut buka mata lagi. Walaupun aku
udah ada di akhirat dan kamu di dunia. Hati kita cuman ada satu”. Dan kini dia
pergi sebelum aku bilang “jangan pergi”.
Senin, 13 Januari 2014
Cinta Tak Harus Di
Miliki (Part 1)
Ntah berawal dari mana kisah ini
berada, jika teringat kembali hanya memberikan rasa sakit yang mendalam. Sakit
hati yang masih sama, saat pertama kali dia membuat ku menangis. Aku teringat,
semua itu berawal dari sebuah jaket angkatan sekolah ku yang baru. Ya dia, dia
cowo yang menyebalkan yang bernama Rei.Aku dekat dengan nya karna ke 3 sahabat
nya menyukai ku. Aku tidak bisa memilih diantara mereka, Karna aku masih
memiliki seorang pacar. Pacar ku yang berbeda sekolah, membuat kita susah
berkomunikasi. Dari hari ke hari, kami selalu bertengkar, berbeda pendapat, dan
hal sepele lain nya. Setelah 9 bulan pacaran, kami putus. Menggalau sana sini,
menangis sana sini, bagiku sudah biasa. Tepat tanggal 10 November 2010 Rei
menyatakan suka kepadaku. Dan semua berubah seperti debu yang tertiup angin. 1
bulan berlalu. Hubungan ku dan Rei masih baik-baik saja. Saat bulan Desember
aku jatuh sakit. Asma ku sudah terlalu parah. Tapi ku harus tetap bertahan
karna ada Rei di sampingku.
Beberapa bulan sekolah disana, aku udah
dapet masalah dari kakak kelas. Aku ga tau harus gimana, aku juga ga mungkin
cerita ke Rei, karna masalah ini menyangkut Rei. Hampir semua kakak kelas ga
suka ke Rei, tapi marah nya ke aku. Aku cuman bisa sabar, dan meminta maaf.
Kadang kakak kelas pun banyak yang ga suka sama aku, karna aku suka sama Rei.
Aku berfikir, “kenapa banyak orang ga suka sama Rei ?”
Saat bulan maret tiba. Aku dan
keluargaku pergi ke Jerman, ada tugas ayah yang mendadak di sana. Aku meninggal
kan Rei selama kurang lebih 20 hari. Rasa takut selalu ada di benak ku. Takut
jika dia lupakan aku, takut jika dia bersama perempuan lain. Selama 20 hari
itu, kita tidak bekomunikasi sama sekali. Saat sampai di Jerman aku mencoba
untuk positive thinking. Aku rasa Fadhlan akan baik-baik saja saat ku
tinggalkan. Beberapa hari di Jerman, rasa tidak betah ada di benakku. Karna
tidak betah, kakaku mengajak ku ke tempat pameran foto milik teman nya. Pameran
foto nya sangat mewah. Banyak fotografer terkenal yang datang. Aku senang, rasa
tidak betah ku pun hilang. Saat pulang ke tempat rumah sewa, aku melihat tas ku
yang sudah terbuka. Aku kaget, saa ku mencari handphone ku, ternyata sudah
hilang. Beberapa hari kemudian akhirnya keluarga ku pulang ke tanah air. Saat
di bandara Soekarno Hatta aku bingung, aku tidak tau bagaimana menghubungi Rei.
Terlintas dari fikiran ku untuk menggunakan handphone kakaku, tapi seperti nya
mustahil. Aku takut kakakku membaca sms aku dengan Rei, karna keluarga ku tidak
tau Rei itu siapa. Setelah beberapa jam perjalanan menuju rumah, aku langsung
membuka laptop ku untuk membuka jejaring sosial. “hari ini aku udah di rumah
mungkin aku bakal istirahat untuk beberapa hari untuk sekolah lagi. Oiya HP ku
hilang waktu di Jerman, jadi aku tidak bisa smsan sama kamu, maaf ya” itulah
isi pesan ku.
Beberapa hari sebelum aku masuk sekolah aku di
belikan hp baru sama papah, aku pun langsung sms Rei dan teman-teman ku yang
lain. Hari pertama ku sekolah kembali, rasa nya aneh, dengan pelajaran yang
tertinggal dan berita-berita sekolah yang asing menurut ku. Awalnya aku kangen
sama Rei, tapi dia tetap saja susah di hubungi. Saat aku berusaha
menghubunginya tiba-tiba ada sms masuk dari salah satu kakak kelas yang akrab dengan
ku. Dia bilang, sebenarnya selama aku di Jerman, Rei berpacaran dengan teman SD
nya. Aku ga percaya, dan aku mencoba untuk percaya bahwa hatinya Rei hanya
untuk ku. Tapi kakak kelas itu bilang, bahwa Rei sedang kepergok smsan dengan
cewe itu. Dengan seketika aku langsung nangis. Di waktu yang sama aku langsung
tanya ke dia apa yang sebenernya terjadi. Ntah mimpi apa aku semalam, Rei
bilang “iya aku pacaran sama Nadin, tapi kita cuman main-main ko pacarannya.
Lagian dia udah punya pacar, dia cuman lagi cape aja sama pacar nya. Trus dia
ngasih ide gila itu ke aku” “trus kamu terima gitu aja ? ga bakal mikirin
perasaan aku bakal kaya gimana ? ga mikir sampe sana ?” aku cuman bisa
menangis, aku ga tau aku harus gimana. Aku udah coba buat percaya sama dia,
tapi aku fikir ini sia-sia. Dan aku juga ga tau, kenapa aku bisa terus nyoba
sabar sama kejadian ini, dan dia bilang dia bakal berubah. Beberapa hari
kemudian, aku lost contact sama Rei. Jujur hati aku hancur.
Selama aku pergi ke Jerman, aku kesepian,
tidak ada teman. Kemana-mana aku selalu sendiri. Karna kondisi aku yang kaya
gini, aku nyoba buat dapet teman di kelas. Lama kelamaan aku dekat dengan salah
satu teman dekat ku, Kirana. Lintas cerita Kirana ini suka sama kakak kelas
tapi sayang kakak kelas itu suka sama orang lain. Niat nya hanya ingin
menghiburnya, aku menyanyi sebuah lagu “ini waktu nya untuk memilih dia atau
aku yang engkau pilih, meski perjuangan ku tak sehebat dia, tak semahal dia,
tak sekeras dia” lagu ini lagu yang aku suka, atau bisa juga lagu ini lagu aku
waktu galau karna Rei sama cewe itu. Dari waktu ke waktu ga tau kenapa aku ga
bisa ngelupain Rei. Dalam hati kecil ku aku selalu bilang “aku kangen Rei”.
Tapi malah kejadian buruk yang menimpa Rei. Saat upacara Senin seperti biasa ada pengumuman kalau anak kelas 1 baru banyak
yang membolos. Dan pergi ke warnet, sekolah maupun guru hanya minta
kejujurannya saja, dan yang paling mengejutkan, orang yang pertama mengaku
adalah Rei. Aku sedikit bangga sama dia karna dia mau ngaku kesalahannya. Tapi
aku juga sedih, karna Rei ga bisa jaga dirinya sendiri. Melihat kejadian itu
teman-temanku menangis karna kecewa dan yang menangis histeris adalah Kirana.
Aku cuman berfikir, mungkin orang yang di sukain Kirana ada di salah satu
anak-anak yang mengaku itu. Hari-hari aku lewati, tetapi aku malah ketiduran di
kelas saat jam istirahat. Kadang aku selalu tidak bisa tertidur nyenyak, jika
aku tidak bisa tidur dengan nyenyak biasa nya aku bisa mendengar orang-orang
lagi berbicara. Beberapa menit berlalu, tiba-tiba suara orang mengecil seperti
berbisik. Aku g percaya kalau Kirana ngomongin aku di belakang ku tentang
hubungan aku dan Rei, mungkin mereka kira aku sudah tidur terlelap. Aku
mendengar apa yang mereka bicarakan, aku cuman bisa tahan air mata dan aku pun
langsung pergi dengan air mata mengalir. Beberapa bulan berlalu. Tanpa di
sangka udah mau perpisahan lagi, waktu itu aku lagi suka salah satu benda kaca
yang di dalam nya itu ada boneka, dan kalau kita putar bawah nya akan muncul
suara lagu yang aku namain salju-saljuan. Waktu itu aku lagi sendiri hanya
bersama salju-saljuan. Tiba-tiba dua orang temanku cerita kalau mereka lagi
kesel sama Kirana, aku cuman bilang “udah kalian sabar aja” tapi mereka malah
bilang. “kamu tau ga sih, sebenernya kakak kelas yang di sukain sama Kirana itu
Rei dan cewe yang dia ejek itu kamu” awalnya aku ga ngerti apa yang mereka
bicarakan, lalu teman sekelas menceritakan semuanya “sebenernya Kirana sama Rei
itu pacaran pas kamu sama Rei lagi saling suka, waktu itu kan ada penggeledahan
gitu waktu upacara, sebenernya Kirana itu nangisin Rei bukannya nangisin kakak
itu. Kita mau minta maaf sama kamu, soalnya kita jadi ikut benci sama kamu.
Kita sadar waktu kamu nyanyi, kesian kamu nya, kamu nyanyi buat nyindir diri
kamu sendiri. Sebenernya juga kita udah tau kamu sama Rei masih saling suka” aku
cuman bisa diam, dan tiba-tiba air mata aku mengalir. Kenapa ? kenapa mereka
tega ? apa salah aku sampe mereka kaya gini ? Aku kecewa, kecewa berat sama Rei
orang yang aku sayang, orang yang aku percaya selama ini. Seperti angin
berlalu, aku dapet berita dari teman-teman kalau Rei dan Kirana udah putus.
“segampang itu kah mereka pacaran dan memutuskan hubungan itu ?”
Saat kenaikan kelas tiba. Aku dapet
berita kalau Rei mau pindah sekolah. Di saat itu pun aku ga ngerti, antara rasa
kasih sayang dan benci. Waktu itu aku ngebela-belain buat dia ga pindah. Aku
mencoba segala cara, sampai aku menangis supaya dia ga pindah sekolah.
Orang-orang bertanya “kenapa orang kaya Rei yang udah ngeduain kamu, yang udah
bikin kamu nangis, tapi kamu ngehalangin dia buat ga pindah sekolah ?” aku
cuman bisa tersenyum dan menjawab, “karna aku masih sayang”.
Dari awal aku masuk sekolah aku merasa
kesepian, aku merasa selalu sendiri. Hingga saat kelas 2 ada anak baru yang
datang, karna aku menjadi bagian anak osis aku harus mengurus anak-anak baru.
Semenjak itu aku dekat dengan teman baruku, Riri, dan juga teman kelas ku yang
lama, Fei. Aku sudah merasa tidak kesepian lagi. Aku selalu cerita ke mereka
tentang apa yang aku alami selama ini. Aku hanya berharap perjalanan ku kelas 2
ini, baik, ga ada halangan apapun. Beberapa hari kemudian pun datang anak baru
dari Semarang yang baru pindah ke Bandung, dia anak cowo, Gilang itu namanya, tertera
di name tag namanya. Aku ga berani berbicara dengannya aku malu, hal yang aneh
menurutku. Aku hanya berani berbicara di jejaring sosial saja, tetapi
lama-kelamaan dia ngasih nomer nya, kita pun smsan. Keesokkan hari nya, Kirana
bilang di kelas, kalau dia suka sama Gilang. Aku terlambat, aku hanya bisa
diam-diam menyukai nya. Diam-diam menyukai nya mungkin yang terbaik. Beberapa
hari kemudian Kirana minta tolong ke aku untuk bilang ke Gilang, bahwa Kirana
suka Gilang. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Malam hari nya, aku bilang
“Gilang, ada yang mau aku omongin, hmm, di kelas ada 2 orang yang suka sama
kamu” “hah ?! aslinya ? padahal aku kan jelek, ga mungkin banyak yang suka,
emang siapa gitu 2 orang itu ?” “hmm, yang pertama Kirana, trus ...................................................
‘aku’ “ ntah apa yang aku pikirkan, aku langsung bilang bahwa aku suka Gilang.
Gilang kaget “kenapa kamu bisa suka aku ?” aku ga bisa berkata-kata, aku takut,
takut melukai hati Kirana, akhirnya aku ga bales sms nya Gilang. Besoknya,
waktu di luar kelas, Kirana bilang dengan suara seperti berteriak “AMBIL AJA
SEMUANYA !! AMBIL TAH !!” aku ngerasa tersindir, aku nangis. Aku coba buat ga
suka lagi sama Gilang, aku ga mau perasaan sakit ini ada lagi.
Semester baru di mulai, adik kelas baru.
Di sekolah ku sudah ada tradisi ‘adik kakaan’ dari tahun ke tahun. Setiap
melihat adik kelas cowo, aku merasa aku pingin jadi kakanya. Izza, nama adik
kelas itu. Tanpa fikir panjang, aku minta bantuan Rei, karna Rei juga anak osis
yang ngurus kelompok nya Izza. Saat pulang sekolah, Rei ngasih nomer Izza, aku
pun langsung sms dia, dan bilang aku pingin jadi kakaknya, dan Izza pun mau.
Kehadiran Izza di kehidupan ku, membuat hubungan aku dan Rei membaik walaupun
hanya status ‘berteman’. Hubungan adik kakaan aku dengan Izza sangat baik, tapi
saat libur lebaran, semua nya berubah. Ini konflik pertama antara aku dan Izza.
Tiba-tiba Izza susah di hubungi, alesannya karna dia ga punya pulsa, padahal
setiap minggu aku dan Rei kadang membelikannya pulsa. Dan setelah selesai libur
pun dia ga ada kabar. Saat di tanya Rei, Izza hanya menjawab bahwa hp nya di
kasih ke kakak nya karna hp kakanya hilang. Aku hanya bisa bersabar, ini ujian
dari Allah, fikirku. Semakin lama, hubungan ku dan Rei semakin baik. Dan
akhirnya Rei mengajak kami balikan dan mulai semuanya dari awal, aku pun
menerimanya. Tetapi semakin lama pun hubunganku dengan adik angkat ku yaitu
Izza semakin ga jelas.
Tak terasa udah selesai UAS. Biasanya
kalau sudah UAS sekolah ku mengadakan PORSENI, tapi PORSENI kali ini berbeda,
karna yang mengadakannya sekolah lain. Karena porseni ini, aku dekat dengan
anak sekolah itu,anak cowo yang menurutku pendiam, Ka Aris. Singkat ceritanya ,
aku sama Ka Aris semakin akrab. Aku berharap Ka Aris jadi kakak ku, tapi
sepertinya mustahil, karna kakak kelasku ada yang suka sama Ka Aris. Tepat
tanggal 30 Desember saat Maghrib Ka Aris cerita kalau dia di tembak jadi kaka
angkat kakak kelas ku, Ka Tania. Kata hati ku “sabar, jangan nangis lagi”. Selama
aku akrab sama Ka Aris, aku selalu menulis kata-kata Ka Aris yang menurutku
indah untuk di lihat, aku menulis nya di buku khusus. Saat malamnya aku sedang
menulis puisi-puisi buatan Ka Aris dan tepat jam 23.51 Ka Aris minta aku jadi
adik angkat nya. Aku kira aku hanya mimpi, Ka Aris orang yang perhatian , baik
dan pengertian pula, minta aku jadi adik angkat nya. Tapi aku tanya “gimana
sama Ka Tania kalau aku nerima kaka ?” Ka Aris hanya bilang,”tenang aja, ga
bakal kenapa-napa ko”. Malam itu malam yang sangat indah dan aku pun tidak
lupa, kata-kata Ka Aris yang minta aku untuk jadi adik nya aku tulis di buku
khusus itu, buku bintang, karna Ka Aris pernah bilang ‘jadilah bintang yang
bersinar untuk orang lain’.
Tahun baru dan semester baru. Aku sedih,
karna aku tau aku hanya bisa berkomunikasi dengan Ka Aris lewat sms, karna
sekolah kita jauh. Tapi kadang-kadang kalau Ka Aris lagi mampir ke Bandung dia
suka datang ke sekolah ku. Rei yang mengetahui tentang ini, dia jadi marah, Rei
jadi ga suka dengan Ka Aris. Karna Rei tau tentang ini, dia pun punya adik
angkat baru, Naya. Jujur aku kurang suka sama adik angkat nya, karna Naya
adalah adik angkat Kirana juga, mantannya Rei. Kadang kami bertengkar hanya
karna masalah sepele yaitu ‘cemburu’. Mungkin bagi sebagian orang itu bukan
masalah sepele, tapi masalah besar yang menyangkut paut kan hati yang tulus.
Tapi aku cuman bisa percaya dan mengalah, karna dua hal itu yang bisa membuat
hubungan ga hancur lagi.
Makin lama ga ada kabar dari Izza. Aku
selalu ikut sms ke teman kelasku yang punya nomer teman Izza. “Key, sini deh”
kata temanku memanggil ku “hmm, sebelum nya maafin kakak angkat aku ya, Ka
Nisa” “kenapa ?” tanya ku heran “maaf banget, sebenernya Ka Nisa sama Izza udah
adik kakaan udah lama, dan katanya kamu udah ga nganggep Izza itu adik angkat
kamu, makanya dia nerima Ka Nisa”, hancur banget hati aku. Sekarang orang yang
aku sayang,lebih milih orang lain , padahal aku hawatir dia kenapa-kenapa. Apa
ini alesan dia makanya dia lost contact sama aku ? kenapa harus terjadi lagi ?.
aku cuman bisa diam, adik angkat ku Fifi yang mendengarkannya, langsung
menelfon Izza “mau kamu apa sih ?! kesian tau Ka Keysha, udah nyari kamu
kemana-mana, tapi kamu malah sama orang lain ! emang kamu ga ngerti apa perasaan
nya Ka Keysha ?” “aku kira Ka Keysha udah ga anggep aku adik lagi” dengan
enteng nya Izza bilang gitu. Hati aku hancur , dan ntah untuk yang keberapa
kali. Aku ga mau masalah ini di perpanjang, itu semua terserah Izza mau dia
kaya gimana. Dan aku cuman bilang “semoga kamu bahagia ya , sama Ka Nisa.
Jangan bikin dia nangis, jangan sampe dia ngerasain apa yang aku rasain”
Pintu kelas 3 sudah datang. Fokus UN
, sadar diri sama kemampuan, dan jangan mikirin hal yang ga penting ! aku juga
berfikir perjuangan ku ga sampe disana, ga berhenti cuman karna aku sayang sama
seseorang. Sudah 2 tahun aku bertahan sama Rei. Aku berharap , ga ada masalah
apapun lagi. Selama 3 tahun belajar, Rei selalu mendapat ranking pertama dan
selalu menjadi yang terbaik seangkatan. Sedangkan aku , selalu remed
dimana-mana. Ranking juga itu-itu aja. Aku berfikir ga ada bagus-bagus nya,
tapi kenapa Rei suka. Aku pun belajar bahwa rasa sayang itu bukan melihat dari
fisik, kekayaannya, bibit bebet bobot nya pun ga di lihat, tapi di lihat dari
tulus atau tidak nya rasa kasih sayang itu.
Setiap manusia pasti punya masalah.
Masalah ku tidak selesai sampai sini. Saat menuju UN, angkatan ku akan
refreshing ke gunung. Fikir ku ‘refreshing’ berarti ‘seneng-seneng’ tapi pada
kenyataannya, aku salah. Yang ada hanya air mata. Tidak sampai disini orang
yang aku sayang pergi, dan bahagia bersama orang lain. Awalnya aku seneng karna
Ka Aris sms aku dan memberi semangat sebelum aku UN, tapi semua nya berubah.
Waktu perjalan pulang, aku tau kalau Ka Aris bukan smsan sama aku aja, tapi
sama temanku Riri. Aku cemburu ? iya ! aku cemburu ! ntah mimpi dari mana,
semuanya berubah menjadi rumit. Dulu aku pun pernah bertengkar dengan Ka Aris
karna Riri. Menurut aku Ka Aris terlalu percaya sama dia. Aku kecewa, kakak
yang aku sayangi lebih percaya orang lain dari pada ‘adiknya sendiri’. Saat
perjalan pulang, dengan rasa amarah yang benar-benar keluar aku langsung
nyindir dia tanpa fikir panjang. Dia hanya diam , tanpa ada kata sedikit pun. Teman
ku Fei, langsung menenangkanku dan bertanya kepada ku apa yang terjadi. Aku
cerita bahwa Ka Aris ternyata kaya bukan Ka Aris yang selama ini aku kenal. ‘Ka
Aris lebih percaya dia ! aku kecewa Fei, Ka Aris lebih percaya sama orang yang
suka memputar balikkan fakta dan selalu bohong ke Ka Aris. Tapi, waktu aku
jelasin Ka Aris ga percaya Fei’ kataku sampai aku menangis. Dengan wajah tanpa
dosa nya, dia hanya bisa diam. Teman-temanku yang lain pun kaget, dan langsung
mencoba untuk menjelaskan yang sebenarnya. Aku heran, kenapa waktu Ka Aris di
jelaskan sama teman-teman Ka Aris bingung, dan yang lebih sakit nya adalah Ka
Aris ngomong kasar ke aku. Aku ga kenal sama Ka Aris yang sekarang. Saat ku
mengecek hp, ada sms dari Rei, dia nanya aku kenapa. Aku menceritakan semuanya.
Rasa kekecewaan ku terhadap orang yang aku sayang. Saat sudah sampai di
sekolah, aku mencoba untuk menenangkan diri. Dan di saat itu pun aku mengakhiri
hubungan aku dengan ‘kakak tersayangku’.
Waktu demi waktu hanya tinggal menghitung
hari menjelang UN. Rasanya sedih, aku harus meninggalkan adikku, Fifi. Sedih
pula harus berpisah dengan temanku dan juga sahabatku, Fei. Apalagi saat ku tau
kalau Rei akan sekolah di negri. Aku sedih, semuanya aku lakukan sendiri saat
aku SMA nanti. Tapi, semuanya harus di jalanin. Perjalanan menuju kelulusan,
tapi masalah selalu saja ada. Aku sakit, karna musim hujan. Asma ku pun selalu
kambuh. Kadang ga kuat kalau gini terus. Sampai suatu saat, aku kambuh dan
hampir pingsan. Karna melihatku begitu, Rei panik. Aku pun di larikan ke ruang
kesehatan. Banyak dokter yang bilang aneh-aneh tentang penyakitku. Ada yang
bilang sudah komplikasi ke jantung bahkan ke ginjal. Aku hanya bisa tersenyum.
Saat pulang sekolah di anterin sama Rei. Aku mendengar di kelasnya, ‘Rei, lu ga
ribet apa punya cewe berpenyakitan gitu ? kalau lu ma dia jadi sampe gede,
emang lu ga bakal di bebanin ma dia ?’ aku sedih mendengar semua nya ‘apa aku
memang jadi beban buat dia ?’ tanyaku
dalam hati. Saat di rumah aku langsung tanya ke Rei, tapi dengan senyum manis
nya dia bilang ‘kamu mau sakit atau mau sehat, aku tetep suka. Aku yakin ko,
penyakit kamu pasti sembuh, pasti ko ! Jangan di fikirin ya ? semuanya apapun
masalahnya kita hadapi bersama ya ?’ kata Rei sambil mengusap air mataku yang
terjatuh.
Tanpa tersadar UN sudah terlewati.
Minggu-minggu bebas sudah di depan mata. Masa SMA yang sudah di tunggu pun,
jadi hadir di lembaran cerita hidupku. Aku sudah tidak sabar bagaimana dengan
kehidupan SMA itu. Kata orang-orang SMA adalah masa sekolah yang menyenangkan.
Tapi, apa akan senang tanpa Rei disini ?
Masa-masa SMP pun sudah usai. Hari ini
hari pertama ku menjadi anak SMA. Berpakaian putih abu dan memakai kerudung
segitiga. Selama aku menjadi anak SMA aku tidak sendiri, Kirana pun satu
sekolah denganku, hanya saja beda kelas. Menurut ku Kirana enak, satu sekolah
dengan pacarnya, Rafi. Rafi itu teman satu SMP kita juga, teman deket Rei juga.
Semenjak masa SMA kita berempat jadi selalu bersama. Ntah kenapa kita bisa bersama,
mungkin karna aku mulai dekat dengan Kirana. Tapi semua itu telah usai
seketika. Rafi dan Kirana pun putus. Ntah apa awal cerita mereka bisa putus,
tapi semua terjadi begitu saja. Beberapa hari ini aku kangen sama Fei, Fei
selalu cerita tentang orang yang dia suka, Kahfi. Selama SMP Fei dan Kahfi
memang sudah saling suka, tapi mereka tidak berpacaran. Kahfi satu SMA sama
aku,Kirana, dan Rafi. Beberapa minggu terlewati, Kirana bilang ‘Key, liat deh
ko Kahfi baik banget ya sama aku ? akhir-akhir ini dia gitu lho sama aku’ aku
hanya bisa diam, mendengar semua cerita yang Kirana ceritain antara dia dengan
Kahfi. Lama kelamaan Kirana selalu cerita tentang Kahfi, sampai suatu saat dia
bilang kalau Kahfi suka sama dia dari kelas 2 SMP. Aku heran, kalau gitu maksudnya
dia suka sama Fei apaan ?
Hari yang aku tunggu hanya tinggal
beberapa hari lagi. Hari yang istimewa yaitu tanggal 30 September. Tanggal
lahir ku dengan Rei sama, hanya bulan nya yang berbeda. Aku lebih tua 1 tahun
dari Rei, tapi sifatku terlalu kekanak-kanakkan. Saat ulang tahun ku yang ke 16
Rei mengajakku pergi, tapi aku hanya punya 1 satu permintaan buat dia di saat
aku ulang tahun. ‘aku pingin balon yang bisa terbang, 1 balon aja’ itu
permintaan aku ke Rei. Tapi sayang, Rei ga mau ngasih harepan walaupun hanya 1
balon. Menurut dia itu permintaan yang ga penting, permintaan untuk anak yang
masih kecil. Rei memarahi ku, tanpa aku belum menjelaskan kenapa aku ingin
balon. Aku hanya bisa menunduk, aku mencoba menahan air mataku. Aku takut, iya
aku takut. ‘aku cuman ingin di balon itu di tulis nama kita, ga lebih, maaf
kalau permintaan aku selalu aneh. Tapi kalau kamu memang ga mau beliin, ga papa
ko’ kataku dengan senyuman. Mungking dia kaget mendengar penjelasan ku barusan.
Dia meminta maaf dan akan membelikanku balon walau hanya 1. Tapi, itu udah ga
penting lagi. Aku ga mau kalau aku jadi anak yang egois cuman karna 1 balon.
Tanggal 30 pun tiba. Tepat jam 00.00 dia menelfonku,mengucapkan selamat ulang
tahun, dan dia ‘orang pertama’ yang mengucapkan itu. Aku harap ulang tahun kali
ini menyenangkan, tapi ternyata ‘tidak’. Saat pulang sekolah Rei mengajakku
untuk pergi jalan-jalan kesebuah taman, dia bilang kalau dia tidak punya uang
untuk membeli kado. Jujur, aku ga apa-apa dia ga beliin kado, asalkan satu, dia
masih tetap di samping ku. Beberapa jam kita lewati bersama dengan canda tawa.
Sudah sore, akhirnya kita pulang. Tapi saat di tengah perjalan, hujan. Hujan
deras dengan temannya petir. Aku takut, aku takut petir, takut hujan. Dan yang
paling aku takutin aku takut asma ku kambuh karna aku kedinginan. Di tempat
kosong kita berteduh, saat dia melihatku, kekhwatiran Rei sama seperti ku, Rei
takut aku sakit. Dia memberikan jaketnya untuk ku. Tapi aku ga mau, mending aku
yang sakit dari pada Rei yang sakit. Hujan pun reda, kita melanjutkan perjalan
pulang ke rumahku. Tapi hujan tidak bersahabat, di tengah perjalanan hujan itu
datang kembali. Aku kedinginan, mukaku pucat, bibirku ungu. Rei bingung harus
bagaimana. Di hari itu juga Rei tau aku belum makan, dia beli makanan hangat,
tapi aku pun menolaknya. Aku sudah merasa tidak enak badan. ‘Rei, aku pulang
sendiri aja ya, disana pasti banjir. Jadi aku pulang pake angkot aja, aku ga
apa-apa ko’. Akhirnya aku meninggalkan Rei di tempat berteduh. Aku ga mau Rei
tambah kehujanan, apalagi jarak rumah ku dan jarak rumah Rei yang sangat jauh.
Fisik ku lemah, saat pulang aku langsung demam semuanya ungu. Malam hari, Rei
sms. Dia bilang dan tiba-tiba marah karna dia dapat sms dari temannya kalau aku
suka pulang bareng teman cowoku, Farel. Aku selalu pulang bareng Farel karna
kita memang sejalur. Lagian pakai angkot, bukan boncengan. Aku mencoba
menjelaskan ke Rei sebenarnya bagaimana. Tapi dia tidak mau mendengar. Panasku
langsung naik. Aku hanya bisa menangis ‘aku lagi sakit Rei, aku cuman pingin
kamu disini. Aku ga mau kita berantem. Aku udah coba buat jelasin ke kamu tapi
kamu nya ga mau paham terus. Please denger aku sekali ini aja, please percaya
sama aku’ saat aku menjelaskan itu, Rei sadar, dan meminta maaf. Aku tidak
membalas sms nya, aku terlalu lemas untuk mengingat kejadian tadi siang.
Sebelum kejadian ini, Kirana pernah marahin aku ‘Key ! kamu jangan pulang
bareng Farel terus ! kalau misalnya Rei pulang bareng sama cewe juga kan kamu
pasti jealous kmu pasti marah’ di situ aku coba buat ngehindar dari Farel. Demi
orang yang aku sayang.
Aku menceritakan kejadian itu ke Fei.
Aku pun spontan langsung menanyai bagaimana hubungan dia dengan Kahfi ‘udah
lost contact Key. Dia bilang aku jangan suka lagi ke dia’ aku heran kenapa
Kahfi tiba-tiba kaya gitu. Keesokan hari nya aku dengar dari Kirana kalau dia
bakal di tembak sama Kahfi. Aku ga ngerti kenapa ini bisa terjadi. Jadi maksud
Kahfi suka sama Fei itu apaan ?
Beberapa hari menjelang hari spesial
Rei. Yup, Rei ulang tahun.aku bingung aku akan memberi dia apa. Akhirnya aku
mengajak Kirana untuk pergi mencari kado untuk Rei. Tapi saat di tempat kado.
Ada Kahfi dan temannya datang. Tanpa aku sadari ternyata Kirana dan Kahfi
memang janjian untuk datang ke tempat ini. Aku tidak memperdulikannya, yang aku
peduli kan hanya kado apa yang bagus untuk dia. Dari satu toko ke toko lain,
dan akhirnya aku memilih kado pajangan dari tokoh kartun kesukaannya. Aku ga
sabar buat ngasih kado ini ke dia. Tapi saat perjalanan pulang, dia marah karna
aku ga bisa pulang bareng dia. Akhir-akhir ini aku memang sibuk. Aku cuman bisa
berkomunikasi sama Rei hanya lewat sms. Keesokan harinya, saat pagi hari, aku
ketiduran dan aku lupa ngucapin paling awal untuk bilang selamat ulang tahun.
Aku ga tau aku kenapa, mungkin aku masih terlalu kesal karna dia selalu maksa
untuk pulang bareng. Sepulang sekolah aku, Kirana dan Kahfi datang ke sekolah
nya Rei. Disana aku di kenali sama teman-temannya. Setelah dari sekolah nya,
Rei mengajak kita makan-makan. Tapi ga tau kenapa, mood aku berubah. Rei memang
teman dekatnya Kahfi. Tapi cara Rei bercanda, aku ga suka. Di situ aku mulai ga
terlalu suka sama sifatnya. Dan aku mulai cuek ke dia. Mungkin karna dia merasa
di cuekin, dia marah dan tiba-tiba pamit pulang. Aku kaget, lalu aku samperin
dia. Di situ kita agak debat, dan dia cuman pingin nganter aku pulang. Aku mau
di anter Rei, tapi kasihan Kirana, dia perempuan, aku ga mau dia pulang sendiri
malem-malem. Tapi Rei tetap memaksa, aku cuman bisa ngalah. Aku hanya
memberikan tanda tunggu dengan tanganku. Aku hanya bermaksud untuk berpamitan
dengan Kirana dan Kahfi. Tapi, Rei tiba-tiba pergi. Aku ga bisa nahan semua
ini, aku nangis. Dan saat di angkot mau pulang, aku putusin Rei. Aku cape di
gituin terus. Tapi Rei mengira kalau kita putus itu karna Kirana, dan Rei
selalu bilang bahwa Kirana PHO antara aku sama Rei. Aku cuman bilang ke Kirana
‘kamu bukan PHO ko, aku memang udah ga kuat aja sama sifat ngotot nya, maafin
Rei ya’.
Beberapa hari aku putus dengan Rei, tapi
dia selalu minta kita balikan. Dia janji dia bakal berubah. Aku percaya dia,
percaya sekali. Aku pun terima Rei kembali. Tapi itu semua ga berlangsung lama
hanya 6 hari kita balikan, aku putusin dia kembali. Kita putus hanya karna
masalah yang sama, aku ga mau di anter pulang. Waktu itu ada pelajaran renang,
dan aku ga tau jalan pulang. Rei pingin nganter aku karna aku ga tau jalan.
Tapi karna aku ga tau ini jalan apa, jadi aku salah kasih alamat. Karna masalah
itu, dia marah lagi. Dan di situ, aku benar-benar ga kuat. Malamnya aku putusin
dia.
Untuk yang kedua kalinya aku putusin
dia. Dan saat ini dia benar-benar galau tingkat dewa. Aku mencoba untuk move
on. Di saat aku move on, Kahfi nembak Kirana. Aku tanya ke Fei, tentang hal
ini. Dan ternyata dia tau, Fei nangis. Aku cuman inget masa lalu aku yang juga
pernah di giniin sama Kirana. Fei tegar, dia sabar, dia juga masih bisa
tersenyum walaupun hati dia sakit. Selama masa hubungan Kahfi dan Kirana, keluarga
mereka ga pernah merestui, makanya keluarga Kahfi selalu menjelek-jelekan
Kirana. Dan aku pun cerita ini ke Fei, ada satu hal yang bikin aku selalu kuat
sama hal kaya gituan adalah kata-kata Fei waktu dia tau Kirana di
jelek-jelekkan oleh keluarga Kahfi ‘kesian Kirana, terus Kirana gimana Key ?’
‘hah?! Fei, Kirana itu udah ngambil Kahfi dari kamu !’ ‘aku tau Key, tapi
Kirana itu temen aku’ waktu aku dengar kata-kata Fei itu aku langsung nangis.
Waktu itu aku ada acara, dan aku ketemu Kahfi disana, lalu aku tanya. ‘gimana
sama Fei ? masih suka contact-contactan kan ?’ ‘masih ko’ ‘hmm , gmna ya fi,
kenapa kamu bisa milih Kirana dari pada Fei ? kesian Fei, kalau kamu gituin ,
dia udah sayang banget sama kamu. Maaf ya Fi, aku bukannya ngebela Fei, tapi aku
juga pernah ngerasain kaya gitu sama orang yang sama’
Beberapa bulan aku move on dari Rei.
Aku dekat dengan salah seorang temanku di kelas, Andre. Dia ini punya pacar,
tapi dia ga suka sama sifatnya. Dia selalu curhat ke aku tentang pacarnya. Dan
dia pernah bilang kalau dia udah ga kuat sama mantannya. Beberapa hari dia
curhat gitu, pacarnya mutusin dia. Ya, seperti setiap pasangan yang putus akan
menjadi musuh. Mereka musuhan padahal satu kelas. Dulu aku memang ga ada rasa
sama dia, tapi semakin sering kita cerita-cerita aku merasa nyaman sama dia,
dia pun begitu. Hingga suatu hari dia nembak aku jadi pacarnya. Aku nangis,
karna aku ga bisa nerima dia ‘maaf aku ga bisa nerima kamu Dre, aku ga mau
kejadian aku sama Rei, ada di antara aku sama kamu, aku juga ga mau pacaran
dulu. Lagian mantan kamu juga masih suka sama kmu’ Kadang aku merasa aku itu
jahat. Aku ga mau jadi PHO antara Andre sama mantannya. Aku cuman ingin satu,
aku ingin mereka balikan, tapi minimal aku ingin mereka bisa ngobrol lagi kaya
dulu. Tapi kayanya mustahil.
Semakin hari nilai ku turun, akhirnya
aku di suruh masuk kelas treatment. Tapi semenjak itu aku jadi suka pulang
bareng Farel lagi, malah sekarang nambah jadi ada Ardi dan Arul. Setiap pulang
sekolah kita suka bareng. Tapi lama kelamaan Kirana jadi ikut pulang bareng
kita. Kirana memang ga ikut treatment tapi ntah kenapa dia selalu nunggu
berjam-jam untuk pulang bareng kita. Tapi kalau di angkot, aku jarang banget
liat Kirana ngobrol sama Farel, seringnya ngobrol sama Ardi dan Arul. Aku ga
tau kenapa, tapi aku ga mau ngurusin juga, toh ga penting buat aku. Semenjak
aku putus sama Rei, aku udah lost contact sama dia. Hingga suatu hari kita di
pertemukan kembali. Niatnya sih Rei mau ajarin Kirana. Waktu belajar bareng,
aku agak nyesel karna ‘kenapa aku dateng kesini dan akhirnya aku didiemin?’ karna
mood aku hancur, aku ga mau pulang bareng Kirana, aku beralesan kalau aku di
jemput papah. Dan ntah dari kapan aku kurang suka sama sifatnya Kirana yang
sekarang.
Selama aku putus sama Rei, Rei bilang
ke mamah kalau dia bakal nunggu aku. Aku ga mau di tunggu sama dia. Aku ga mau
ngerasain sakit lagi. Karna Rei bilang gitu, aku di bilang PHPin Rei. Hari-hari
aku suram, hampir setiap hari aku bertengkar sama mamah cuman karna seseorang
yang udah bikin aku sakit. Selama ini aku juga ga tau aku harus cerita ke
siapa. Aku ga mungkin cerita ke Andre, karna Andre ga tau apa yang sebenarnya
terjadi. Aku selalu nangis saat aku curhat ke Fei. Aku kangen dia. Hari-hari
aku pun jalani dengan rasa amarah. Sampai suatu malam aku marahan sama Kirana.
Marahan karna hal sepele, karna menurutku Rei terlalu percaya sama semua
omongan Kirana tanpa cari tau dulu. Rei bilang aku sama Kirana adalah sahabat
yang lucu. Aku ga terima sama kata-kata dia, sahabat ? menurutku sahabat itu
orang yang selalu percaya sama kita, orang yang selalu menjaga rahasia
sahabatnya. Bukannya membuka rahasia sahabatnya. Semenjak itu semua berubah.
Ardi yang dulu baik sama aku dan Farel, sekarang udah ga ngobrol lagi sama
kita. Kata Farel, aku sama Kirana seperti membuat pasukan. Tapi aku bersyukur
di saat kaya gini Andre dan Farel masih ada buat denger cerita aku.
Hingga suatu hari aku mencoba
memberanikan diri untuk bicara sama Kirana, tapi sepertinya sia-sia. Setiap aku
berusaha menyapa dia, dia kaya yang ga ngerespon dengan baik. Waktu itu dia
sms, jujur aku seneng. Aku cuman ingin baikan sama dia, udah cuman itu aja ga
ada yang lain. Saat pulang sekolah aku sms dia, dia bilang dia ada di suatu cafe.
Niatnya aku ingin turun disana, berbincang dengan rame sama dia tapi saat aku
lihat Kirana bareng sama Rei. Hati aku tiba-tiba hancur. Mata ku tiba-tiba
meneteskan air mata. Aku tau mereka suka belajar bareng. ‘aku kecewa sama kamu
Rei’
Aku cerita ke mamah, aku nangis. ‘itu
alesan aku mah,aku ga mau sama Rei karna aku tau Rei pasti bakal sama Kirana.
Bukan aku yang ngePHPin, bukan’.
Beberapa minggu terakhir, aku memang
udah jarang pulang bareng anak-anak SMP. Mereka selalu nanya, karna ada Kirana
ya ?. sampai suatu saat aku pulang bareng Kirana dan anak SMP lagi. Aku
berusaha untuk ngobrol sama dia, tapi aku kaya ga di respon sama semuanya. Lebih
baik diam dari pada sakit. Aku ga tau harus curhat ke siapa, akhirnya aku
memutuskan weekend ini untuk bertemu Fei.
Minggu tiba, aku terlalu banyak cerita
yang ingin aku ceritakan ke dia. Saat ketemuan, aku menceritakan semuanya. Dia
bilang ‘Key, kamu jangan kaget ya. Aku sih denger-denger aja, kalau Rei sama
Kirana tuh kan ke SMP terus boncengan gitulah. Ko Rei mau ya belajar bareng
Kirana padahal kan dia malem nya baru pulang dari luar kota. Ngebela-belain
lagi buat ngasih oleh-oleh ke Kirana’ aku hanya bisa diam. Aku hanya bisa terus
percaya, ‘kalau orang yang aku sayang bakal tetap menjadi kepercayaan buat aku’.
Sekarang Fei udah terlalu tegar untuk menerima kenyataan, walaupun dia masih
suka nangis. aku selalu ingin tanya ‘apa salah aku ke kalian, sampai kalian
tega kaya gini ? Rei, apa kamu ga sadar orang yang sekarang deket sama kamu
itu,yang dulu kamu benci ? aku ga bermaksud buat gantungin kamu, ngga. Tapi
disini ada hati yang terlalu sakit sampe pecah dan ga bisa utuh lagi’
Semakin kesini hubunganku dengan Andre
semakin membaik, walaupun kami tidak pacaran dan aku udah bisa tersenyum
walaupun aku menutupi kesedihanku. Karna tidak butuh kesempurnaan untuk dapat
bahagia. Aku pun tidak tau bagaimana tentang Kirana dengan Kahfi dan Rei. Aku
tidak mau terperosok ke dalam jurang semakin jauh lagi. Karna itu akan semakin
sakit.
~Sad Ending~
Langganan:
Postingan (Atom)